Makassar, 14 September 2022 – Kepala Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan, Ir. Jusman dan Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin (UNHAS), Prof. A. Mujetahid M., menandatangani nota kesepahaman (MoU) tentang Penelitian Keanekaragaman Hayati di Cagar Alam Faruhumpenai dan Ikan di Taman Wisata Alam Danau Matano, Sulawesi Selatan, pada tanggal 14 September 2022, di ruang kerja Kepala Balai Besar KSDA Sulsel. Kerja sama ini dilandasi kesadaran bahwa Balai Besar KSDA Sulsel dan Fakultas Kehutanan UNHAS memiliki hubungan fungsional yang dilaksanakan secara sinergi sebagai satu sistem pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Nota kesepahaman ini ditandatangani untuk mengadakan kerjasama penelitian keanekaragaman hayati di Cagar Alam (CA) Faruhumpenai dan penelitian ikan serta sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan di Taman Wisata Alam (TWA) Matano Sulawesi Selatan. Dengan output yang dihasilkan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, dalam mendukung pembangunan bidang konservasi sumber daya alam dan Tridharma Perguruan Tinggi.
Dengan jangka waktu 1 (satu) tahun, dari nota kesepahaman akan ditindaklanjuti dalam bentuk perjanjian kerja sama. Hal ini sejalan dengan nota kesepahaman sebelumnya yang telah ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal KLHK dan Rektor UNHAS pada tanggal 14 Juli 2022, yaitu Nota Kesepahaman antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan Universitas Hasanuddin (UNHAS) tentang Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Nota kesepahaman ini akan memayungi kerjasama semua satuan kerja KLHK dengan semua Fakultas di UNHAS, dalam rangka membangun sinergitas KLHK dan UNHAS dalam pelaksanaan program lingkungan hidup dan kehutanan.
Hal-hal yang menjadi pokok-pokok kesepahaman adalah sebagai berikut :
Sebagai informasi, Cagar Alam Faruhumpenai adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai keunikan jenis tumbuhan dan/atau keanekaragaman tumbuhan beserta gejala alam dan ekosistemnya yang memerlukan upaya perlindungan dan pelestarian agar keberadaan dan perkembangannya dapat berlangsung secara alami, yang terletak di Kabupaten Luwu Timur dengan luas 90.931,63 hektar. Kawasan konservasi ini merupakan contoh perwakilan ekosistem hutan tropis pegunungan rendah, hutan pawah dan hutan rawa yang memiliki keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi.
Sedangkan Taman Wisata Alam Danau Matano merupakan kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan terutama untuk kepentingan pariwisata alam dan rekreasi, yang berada di Kabupaten Luwu Timur dengan luas 23.219,30 hektar. Kawasan konservasi ini berupa danau tektonik terdalam di Asia Tenggara (590 meter) yang merupakan habitat alami 13 jenis ikan air tawar endemik Sulawesi dan habitat alami 76% dari 27 jenis Moluska air tawar endemik Sulawesi.
Sumber : Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan
Call Center BBKSDA Sulsel: 08114600883