SIARAN PERS

Nomor : SP.05/K.8/TU/Humas/2/2025

Hari Lahan Basah Sedunia 2025: “ Jaga Lahan Basah untuk Masa Depan yang Cerah “

Makassar, 1 Februari 2025 – Hari Lahan Basah Sedunia ( World Wetlands Day/WWD) diperingati pada setiap 2 Februari untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan dan pemanfaatan lahan basah secara bijak. Tema yang ditetapkan pada peringatan WWD tahun 2025 adalah “ Protecting Wetlands for Our Common Future “ yang diadopsi menjadi tagline “ Jaga Lahan Basah untuk Masa Depan yang Cerah “. Tema ini menekankan pada pentingnya kesehatan lahan basah dunia terhadap semua aspek kesejahteraan, terutama di masa yang akan datang. Hal ini mengingat lahan basah yang memiliki peran penting dalam mendukung kehidupan manusia dan alam, namun termasuk ekosistem yang paling terancam di dunia.

Peringatan Hari Lahan Basah Sedunia bertujuan untuk:

  1. Meningkatkan kesadaran global tentang peran penting lahan basah bagi manusia dan planet.
  2. Menyoroti ancaman yang dihadapi oleh lahan basah, seperti perubahan iklim, urbanisasi, polusi, dan eksploitasi berlebihan.
  3. Mendorong tindakan kolektif untuk melindungi, memulihkan, dan mengelola lahan basah secara berkelanjutan.

Terdapat 3 (tiga) pesan utama pada kampanye WWD Tahun 2025, yaitu :

  1. Kesadaran untuk menghentikan pencemaran lahan basah.
  2. Pelestarian dan pengelolaan berkelanjutan dari lahan basah, dan
  3. Partisipasi dalam pemulihan ekosistem lahan basah.

Sebagai salah satu negara yang telah meratifikasi Konvensi Ramsar, Pemerintah Indonesia, melalui Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE), Kementerian Kehutanan selaku Administrative Authority Ramsar Indonesia, berkewajiban untuk mensosialisasikan nilai penting lahan basah kepada seluruh lapisan masyarakat. Di tingkat Pusat, Ditjen KSDAE menyelenggarakan peringatan WWD pada momen Car Free Day di titik Graha BNI di Jakarta pada tanggal 2 Februari 2025.

Konvensi Ramsar yang ditandatangani pada 2 Februari 1971, merupakan perjanjian internasional pertama yang secara khusus membahas konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan lahan basah. Tujuannya adalah untuk melindungi lahan basah yang memiliki nilai ekologis, ekonomi, budaya, ilmiah, dan rekreasi yang penting. Sejak diadopsi, lebih dari 170 negara telah menjadi pihak dalam konvensi ini, dan ribuan lahan basah di seluruh dunia telah ditetapkan sebagai situs Ramsar, yang dilindungi secara internasional.

Pada tahun 1997, Hari Lahan Basah Sedunia pertama kali dirayakan untuk meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya lahan basah bagi manusia dan planet. Sejak itu, setiap tahunnya, tanggal 2 Februari menjadi momen untuk mengedukasi masyarakat, mengadvokasi kebijakan, dan mendorong aksi nyata dalam melindungi dan memulihkan lahan basah.

 Lahan basah didefinisikan sebagai ekosistem yang meliputi perairan tawar, pesisir, laut, serta wilayah seperti danau, sungai, rawa, paya, lahan gambut, muara, delta, dataran pasang surut, hutan bakau, terumbu karang, dan akuifer bawah tanah. Kawasan ini memiliki nilai intrinsik yang tinggi dan memberikan berbagai manfaat serta layanan ekosistem yang vital bagi manusia, seperti penyediaan air bersih, pengendalian banjir, penyerapan karbon, dan habitat bagi keanekaragaman hayati.

Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan mengelola 15 (lima belas) kawasan konservasi, yang 3 (tiga) diantaranya merupakan ekosistem perairan, yaitu Taman Wisata Alam (TWA) Danau Matano, TWA Danau Towuti, dan TWA Danau Mahalona. Ketiga kawasan konservasi danau tersebut memiliki nilai ekologis, ekonomi, ilmiah, budaya, dan rekreasi yang penting bagi kesejahteraan masyarakat. Melindungi dan memulihkan lahan basah bukan hanya tentang menyelamatkan alam, tetapi juga tentang memastikan masa depan yang berkelanjutan bagi manusia.

 

Sumber Berita:

BBKSDA Sulawesi Selatan

Call Center BBKSDA Sulsel:

08114600883