Informasi Spesies

Nama latin : Macrocephalon maleo S.Muller, 1846
Nama Inggris : Maleo
Nama Lokal : Maleo, sengkawor, sengkawur, Maleoson(Minahasa), Molo(Sulteng)
Status Konservasi :

IUCN : Genting/ Endangered(versi 3.1)

CITES : Appendix II

PP  no.7 th 1999 : Dilindungi pemerintah RI

Identifikasi Spesies

  • Burung ini memiliki bulu berwarna hitam, kulit sekitar mata berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu-abu, paruh jingga dan bulu sisi bawah berwarna merah-muda keputihan.
  • Di atas kepalanya terdapat tanduk atau jambul keras berwarna hitam.Jantan dan betina serupa.
  • Biasanya betina berukuran lebih kecil dan berwarna lebih kelam dibanding burung jantan.
  • Maleo Senkawor adalah monogami spesies.

Prilaku Spesies

  • Maleo adalah burung siang, pada waktu malam tidu di pepohonan
  • satwa ini hidup berkoloni
  • Maleo menghabiskan sebagian besar waktunya mencari makanan dipermukaan tanah dengan mengais-ngais tanah
  • Maleo lebih suka berlari bersembunyi di tetymbuhan daripada terbang ketika ada bahaya

Reproduksi Spesies

proses reproduksi atau perpanjangan keturunannya. Burung maleo yang bertelur itu tidak kemudian mengerami telurnya, ia lebih memilih mengubur telurnya di dalam pasir yang memiliki panas geothermal alami hingga menetas. Cara unik ini dilakukannya karena telur burung maleo itu sangatlah besar jika dilihat dari bentuk tubuhnya yang terhitung kecil. Ukuran telur burung maleo mampu memiliki ukuran 5 kali lebih besar dari ukuran telur ayam, bahkan karena saking besarnya telur burung maleo, ia sampai harus mengalami pingsan karena proses bertelur tersebut.

Setelah proses bertelur selesai, maleo kecil harus menunggu kurang lebih 80 hari untuk bisa keluar dari cangkangnnya dan sekuat tenaga mengelauarkan diri dari timbunan pasir sedalam setengah meter. Setelah perjuangan berat ini baru maleo dapat hidup dan bertemeu orang tuanya. Tak jarang ada anak maleo yang harus mati ketika mencoba keluar dari tanah timbunan mereka. Sebab memang cukup berat, bahakn usahanya keluar dari tanah timbunan tersebut berkisar selama 48 jam.

Pakan Spesies

Pakan burung ini terdiri dari aneka biji-bijian, buah, semut, kumbang serta berbagai jenis hewan kecil

Habitat Spesies

Maleo bersarang di daerah pasir yang terbuka, daerah sekitar pantai gunung berapi dan daerah-daerah yang hangat dari panas bumi untuk menetaskan telurnya yang berukuran besar, mencapai lima kali lebih besar dari telur ayam. Setelah menetas, anak Maleo menggali jalan keluar dari dalam tanah dan bersembunyi ke dalam hutan. Berbeda dengan anak unggas pada umumnya yang pada sayapnya masih berupa bulu-bulu halus, kemampuan sayap pada anak maleo sudah seperti unggas dewasa, sehingga ia bisa terbang, hal ini dikarenakan nutrisi yang terkandung di dalam telur maleo lima kali lipat dari telur biasa, anak maleo harus mencari makan sendiri dan menghindari hewan pemangsa, seperti ular, kadal, kucing, babi hutan dan burung elang.

Penyebaran Alami Spesies

Tidak semua tempat di Sulawesi bisa ditemukan maleo. Sejauh ini, ladang peneluran hanya ditemukan di daerah yang memliki sejarah geologi yang berhubungan dengan lempeng pasifik atau Australasia. Populasi burung endemik Indonesia ini hanya ditemukan di hutan tropis dataran rendah pulau Sulawesi seperti di Gorontalo (Bone Bolango dan Pohuwato) dan Sulawesi Tengah (Sigi dan Banggai). Populasi maleo di Sulawesi mengalami penurunan sebesar 90% semenjak tahun 1950-an. Berdasarkan pantauan di Cagar Alam Panua, Gorontalo dan juga pengamatan di Tanjung Matop, Tolitoli, Sulawesi Tengah, jumlah populasi dari maleo terus berkurang dari tahun ke tahun karena dikonsumsi dan juga telur-telur yang terus diburu oleh warga

Identifikasi Tidak Langsung

  • Untuk mengidentifikasi Keberadaan burung maleo tanpa perjumpaan langsung dapat diketahui dengan fesenya yang seperti feses kebanyakan burung lainnya
  • Maleo tidak terlalu memiliki suara khas
  • cara paling mudah adalah mengecek gundukan tanah atau lubang secara sporadis dalam radiusnya

Informasi Tambahan

  • Tonjolan di kepala
     
    Maleo memiliki tonjolan (tanduk atau jambul keras berwarna hitam) dikepala. Pada saat masih anak dan remaja, tonjolan di kepala ini belum muncul, namun pada saat menginjak dewasa tonjolan inipun mulai tampak. Diduga tonjolan ini dipakai untuk mendeteksi panas bumi yang sesuai untuk menetaskan telurnya (Meskipun hal ini masih memerlukan pembuktian secara ilmiah).
  • Tidak suka terbang
    Meskipun memiliki sayap dengan bulu yang cukup panjang, namun lebih senang jalan kaki dari pada terbang.
  • Habitat dekat sumber panas bumi
    Maleo hanya bisa hidup di dekat pantai berpasir panas atau di pegununungan yang memiliki sumber mata air panas atau kondisi geothermal tertentu. Sebab di daerah dengan sumber panas bumi itu, Maleo mengubur telurnya dalam pasir.
  • Telur yang besar.
    Maleo memiliki ukuran telur yang besar, mencapai 5 kali lebih besar dari telur ayam. Beratnya antara 240 hingga 270 gram tiap butirnya.

  • Maleo tidak mengerami telurnya.
    Telur burung endemik ini dikubur sedalam sekitar 50 cm dalam pasir di dekat sumber mata air panas atau kondisi geothermal tertentu. Telur yang ditimbun itu kemudian ditinggalkan begitu saja dan tak pernah diurus lagi. Suhu atau temperatur tanah yang diperlukan untuk menetaskan telur maleo berkisar antara 32-35 derajat celsius. Lama pengeraman pun membutuhkan waktu sekitar 62-85 hari.
  • Perjuangan anak Maleo.
    Anak maleo yang telah berhasil menetas harus berjuang sendiri keluar dari dalam tanah sedalam kurang lebih 50cm (bahkan ada yang mencapai 1 m) tanpa bantuan sang induk. Perjuangan untuk mencapai permukaan tanah akan membutuhkan waktu selama kurang lebih 48 jam. Inipun akan tergantung pada jenis tanahnya. Sehingga tak jarang beberapa anak maleo dijumpai mati “ditengah jalan”.
  • Anak yang mandiri.
    Anak yang baru saja mencapai permukaan tanah sudah memiliki kemampuan untuk terbang dan mencari makan sendiri (tanpa asuhan sang induk).
  • Monogami.
    Maleo adalah monogami spesies (anti poligami) yang dipercaya setia pada pasangannya. Sepanjang hidupnya, ia hanya mempunyai satu pasangan. Burung ini tidak akan bertelur lagi setelah pasangannya mati.

Sumber : 

  1. www.iucnredlist.org
  2. www.arkive.org
  3. www.nationalgeographic.com
  4. Database BBKSDA Sulawesi Selatan