Sejarah

Ditunjuk menjadi kawasan hutan berdasarkan SK. Mentan No. : 45/Kpts/ Um/1/1978 tanggal 25 Jan 1978.

Ditunjuk menjadi kawasan konservasi berdasarkan SK. Mentan No. 274/Kpts/Um/4/1979 tanggal 24 April 1979 dengan luas ± 90.000 ha. Cagar Alam Faruhumpenai yang seluas + 90.000 Hektar.

Ditetapkan menjadi kawasan konservasi dengan fungsi cagar alam berdasarkan Kepmenhut No. SK. 6590/Menhut-VII/KUH/2014 tgl 28 Oktober 2014 seluas 90.931,63 ha

 

Dasar Hukum, Luas dan Letak

Kawasan ini ditetapkan berdasarkan Kepmenhut No. SK. 6590/Menhut-VII/KUH/2014 tgl 28 Oktober 2014 seluas 90.931,63 ha

Secara geografis terletak pada Lintang: 02º 13’ 06” LS - 02º 32’ 40” LS dan Bujur: 120º 45’ 52” BT - 121º 17’ 32” BT.

Sedangkan secara admnistratif terletak di wilayah Kabupaten Luwu Timur. Dengan batasnya adalah sebagai berikut: Sebelah Utara: Kabupaten Poso Propinsi Sulawesi Tengah; Sebelah Timur: Desa Matano dan Desa Nuha; Sebelah Selatan: Areal PT. HGU Sindoka Desa Taripa, Desa Non Blok, Dusun Mangtadulu, Atue, Dusun Cerekang, Dusun Loroeha, Dusun Koropansu dan Dusun Bonepute Desa Matano; Sebelah Barat: Jalan Trans Sulawesi.

 

Kondisi fisik

Topografi: terdiri dari areal rawa sampai tanah kering serta lapangan yang berbatu cadas. Secara umum memiliki topografi mulai dari datar, berombak berbukit-bukit sampai bergunung. Pada beberapa bagian kawasan terdapat tebing-tebing berbatu yang terjal. Areal ini merupakan wilayah pegunungan Rerende yang punggung-punggung gunungnya merupakan perbatasan wilayah Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. Kawasan ini juga merupakan wilayah yang terdiri dari areal berawa sampai tanah kering serta lapangan yang berbatu cadas. Kemiringan lereng antara 30 % - 80 % dan ketinggiannya antara 585 – 1832 mdpl.

Geologi: formasi geologi kawasan ini terdiri dari batuan sediment alluvium undak dan terumbu koral, batuan sediment meozoikum tak dibedakan, batuan sediment neogen, batuan sediment sekis bablur dan batuan pluton basa.

Tanah: jenis tanah di kawasan Cagar Alam Faruhumpenai bervariasi dari jenis Alluvial, Latosol dan Podsolik. Komposisi jenis tanah di dalam kawasan dan sekitarnya yaitu:  Alluvial membujur dari Luwu bagian Selatan sampai ke Utara; Latosol di Kecamatan Mangkutana bagian Selatan; dan Podsolik yang terdapat di Kecamatan Nuha bagian Barat.

Iklim dan cuaca: Menurut klasifikasi Schmidt – Ferguson Cagar Alam Faruhumpenai termasuk tipe iklim A dan B1; Curah hujan rata-rata 4.365 mm/tahun dan jumlah curah hari hujan rata-rata 206 hari/tahun; Suhu udara berkisar 18° C s.d. 32° C.

Hidrologi: Sungai-sungai yang aliran airnya cukup besar di dalam kawasan cagar alam antara lain Sungai Kalaena, Saluanoa, Sungai Dandawasu, Sungai Palauru, Sungai Aewo, Sungai Wailalo, Sungai Angkona, Sungai Mantadulu, Sungai Cerekang, dan Sungai Bengko.

 

Potensi kawasan

Potensi ekosistem: Hutan Rawa Air Tawar; Hutan Pamah Primer; Hutan Hujan Tropis Pegunungan Bawah dan Hutan Hujan Tropis Pegunungan Atas.

Potensi flora: Pakis, Paku Hutan, Rumah Semut, Paku Layang, Sarre, Cina-cina, Damar, Uru, Cempaka, Kenanga, Polio, Kule, Kenduruan, Ponto, Sirih, Dengen/Bolusu, Kayu Ledang, Muntura, Pude, Kayu Sanru, Manggis Hutan, Bayur, Jambu-jambu, Kelumpang, Durian, Waru, Salin-salin, Terap, Beringin/Nuncu, Bantek, Linda, Popong, Lancaboti, Nyamang, Pahurebu, Bacem, Kantung Semar, Minrula, Jabon, Bance, Kala-kala, Nato, Kayu Hitam, Ipil, Minru, Kayu Angin, Waru, Waruasei, Kalapi, Tomako, Kaladu, Kata, Jambu Hutan, Kesambi, Pae-pae, Langsat, Tapi-tapi, Werau, Pulai, Bitti, Anggrek Tanah, Anggrek Bulan, Tambu, Songka, Kacimpang, Bambu, Sere Hutan, Rotan, Pinang, Pandan

Potensi fauna: Boti/Ceba/Seba, Musang Sulawesi, Babirusa, Babi Hutan, Rusa Timor, Anoa, Srigunting, Bangau Sandang Lawe, Baza Jerdon, Elang Bondol, Elang Perut Karat, Elang Ikan Kecil, Elang Ikan Kepala Kelabu, Elang Hitam, Sikep Madu Sulawesi, Elang Ular Sulawesi, Elang Sulawesi, Ayam Hutan Merah, Bubut Alang-alang, Bubut Sulawesi, Walet, Raja Udang, Rangkong Sulawesi, Kangkareng Sulawesi, Kepodang, Gagak Hutan, Gagak Sulawesi, Burung Hantu, Isap Madu, Ular Sawah, Buaya Muara, Kadal, Biawak Air Tawar, Kupu Blume, Kupu perantus, Kupu Raja, Osi-osi

 

Aksesibilitas

Jarak dari kota Makassar (Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan) ke CA. Faruhumpenai adalah ± 560 km.

Ada 2 alternatif jalur untuk dapat mencapai kawasan ini, yaitu:

Jalur Darat

Melalui jalan poros atau jalan provinsi dengan kondisi yang relatif baik.

Waktu dibutuhkan jika melalui jalan darat adalah ± 12 jam.

Rute perjalanan mulai dari Makassar – Maros – Pangkep – Barru – Parepare – Sidrap – Palopo – Massamba – Mangkutana – CA. Faruhumpenai.

Jalur Udara

Penerbangan 2x seminggu

Rute perjalanan mulai dari Bandara Sultan Hasanuddin – Bandara Andi Djemma – Mangkutana.

Waktu dibutuhkan jika melalui jalur udara adalah ± 4 jam.