Sejarah

1963: Penunjukan kelompok hutan Lauwa ± 800 ha dan kelompok hutan Komara ± 15.624 ha sebagai kawasan hutan dengan fungsi sebagai hutan lindung.

1976: Surat Pendahuluan Ditjen Kehutanan Dirjen PPA mengenai survey oreintasi daripada cadangan Suaka Alam atau Hutan Wisata Propinsi Sulawesi Selatan.

1981: Pengusulan penunjukan kelompok hutan Lauwa dan Komara seluas ± 5.500 ha dan areal hutan di antara kelompok hutan Lauwa dan Koara seluas ± 500 ha (tanah negara bebas) sebagai Suaka Margasatwa.

1982: Penunjukan status Hutan Lindung Komara seluas ± 8.000 ha.

1987: Perubahan status Hutan Lindung Komara seluas ± 8.000 yang terletak di Kabupaten Takalar Sulsel menjadi Taman Buru Komara seluas ± 4.610 ha dan Suaka Margasatwa Komara seluas ± 3.390 ha.

1999: Dilakukan penetapan sebagai Suaka Margasatwa komara dan telah dilakukan tata batas seluas ± 2.972 ha

 

Dasar Hukum, Luas dan Letak

Kawasan ini ditetapkan berdasarkan SK. MENHUT NO.911/KPTS-II/1999 tgl 14 oktober 1999 seluas 2.490 ha

Secara geografis terletak pada Lintang: 05º 24’ 40” LS – 05º 27’ 36” LS dan Bujur: 119º 33’ 07” BT – 119º 39’ 48” BT.

Sedangkan secara admnistratif terletak di Biring Bulu, Palombangkeng Utara, Takalar, Gowa. Dengan batasnya adalah sebagai berikut: Sebelah Utara:; Sebelah Timur:; Sebelah Selatan:; Sebelah Barat:.

 

Kondisi fisik

Topografi: Keadaan lapangan umumnya landai, berbukit sampai bergunung dengan kelerengan 10° - 45°, untuk daerah landai dan berbukit dapat dijumpa pada bagian utara dan barat, sedangkan daerah bergunung atau kelerengan curam di bagian selatan dan timur dan ketinggian antara 50 – 686 m dpl.

Geologi: formasi batuan vulkanik.

Tanah: Jenis tanah litosol dapat dijumpai pada daerah yang terbuka vegetasinya, sedangkan jenis aluvial umumnya pada vegetasi tertutup, keadaan tektur tanah relatif halus, berpasir dan bercampur batu.

Iklim dan cuaca: Menurut klasifikasi Schmidt – Ferguson Cagar Alam Kalaena termasuk tipe iklim C; Curah hujan rata-rata 229,74 mm/tahun; Kelembaban 60 – 80%; Temperature 29 – 33° C.

Hidrologi: -

 

Potensi kawasan

Potensi ekosistemHutan hujan tropis dataran rendah.

Potensi flora: Jati, Lento-lento, Bitti, Laban, Kemiri, Kenanga, Beringin/ara, Kayu hitam, Mangga, Nyato, Ketapang, Bambu, Cenrana/angsana, Rotan, Enau, Jabon.

Potensi fauna: Kera hitam (Macaca maura), Musang (Felis bengalensis) Kuskus (Phalanger ursinus), Babi Hutan, Rusa Timor, Kelelawar, Tikus, Kera hitam, Musang, Kuskus, Raja Udang, Rangkong Sulawesi, Kepodang, Tekukur, Ayam hutan, Puyuh, Punai, Walet Kunelet, Kepodang, Srigunting, Gagak, Kucica, Pergaum, Putipili, Burung kepas, Jalak, Burung madu, Bondol, Burung cabe, Biawak Air Tawar, Ular Sawah, Kadal, Ular pucuk, Ular Tanah, Bunglon, Tokek, Kupu-kupu, Kumbang, Capung,

 

Aksesibilitas

Jarak dari kota Makassar (Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan) ke SM. Ko’mara adalah ± 60 km. Kondisi jalan relatif baik dan waktu yang dibutuhkan hanya ± 1 jam. Rute perjalanan dimulai dari Makassar – Gowa – Palleko – Desa Barugaya.