Sejarah

Kompleks hutan di sekitar Danau Matano, Mahalona dan Towuti dulunya merupakan wilayah administrasi Pemerintah Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi Selatan. Kawasan ini awalnya ditunjuk sebagai kawasan hutan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 45/ Kpts/Um/1/1978 tanggal 25 Januari 1978 dengan fungsi lindung.

Tahun 1978 diadakan survei oleh Tim dari Direktorat Jenderal Kehutanan untuk penilaian potensi. Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah Direktur Jenderal Kehutanan mengusulkan kawasan ini untuk dapat ditunjuk sebagai kawasan Taman Wisata Alam kepada Menteri Pertanian melalui surat No. 1243/Dj/I/1979.

Memperhatikan surat Direktur Jenderal Kehutanan, maka Menteri Pertanian kemudian menunjuk kawasan Danau Matano, Mahalona dan Towuti menjadi kawasan konservasi Taman Wisata Alam dengan nama Taman Wisata Alam Danau Matano, Taman Wisata Alam Danau Mahalona, dan Taman Wisata Alam Danau Towuti melalui surat Keputusan No. 274/Kpts/Um/4/1979 tanggal  24 April 1979.

 

Dasar Hukum, Luas dan Letak

Kawasan ini ditetapkan berdasarkan Kepmenhut No. SK. 6590/Menhut-VII/KUH/2014 tgl 28 Oktober 2014 seluas 2.289,30 ha

Secara geografis terletak pada Lintang: 0233’ 44’’ – 0237’ 16’’ LS dan Bujur: 12127’ 53’’ – 12131’ 02’’ BT.

Sedangkan secara admnistratif terletak di wilayah Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur. Dengan batasnya adalah sebagai berikut: Sebelah Utara: Gunung Matampo, Gunung Punneneta, Gunung Buntugalang, Gunung Marampi, Dusun Topemanu dan Dusun Tominanga; Sebelah Timur: Gunung Lengkono, Desa Loreha, Dusun Tanamalia, Dusun Beaho, Dusun Sangkadehi dan Dusun Wungausa; Sebelah Selatan: Dusun Situbu, Dusun Wunu dam Dusun Wungausa; Sebelah Barat: Desa Timampu dan Desa Pekaloa.

 

Kondisi fisik

Topografi: Secara umum kawasan ini merupakan kawasan perairan danau yang sumber airnya berasal dari 3 sungai/anak sungai yang salah satu diantaranya merupakan aliran air sungai dari Danau Matano. Terletak di ketinggian 300 mdpl.

Geologi: formasi geologi di sekitar kawasan Danau Mahalona terdiri dari Batuan Pluton Basa.

Tanah: jenis tanah di sekitar kawasan Danau Mahalona adalah Latosol Coklat Tua Kemerahan.

Iklim dan cuaca: Menurut klasifikasi Schmidt – Ferguson termasuk tipe iklim A; Curah hujan rata-rata 2.413 mm/tahun; kelembaban antara 67 – 90% dan Suhu udara berkisar 18° - 30° C.

Hidrologi: Secara umum kawasan konservasi Taman Wisata Alam Danau Mahalona terdiri dari kawasan perairan danau. Sumber air danau berasal dari beberapa mata air dan cacthment area di sekitar danau yang masuk ke danau melalui 3 sungai dan anak sungai yang salah satu diantaranya adalah aliran air sungai dari Danau Matano  Selain itu, terdapat sungai yang menghubungi TWA Danau Mahalona dengan TWA Danau Towuti..

 

Potensi kawasan

Potensi ekosistem: Danau.

Potensi flora: -.

Potensi fauna: Cangak Merah, Kuntul Kerbau, Kuntul Putih Besar, Ibis Kepala Hitam , Elang, Ayam Hutan Merah, Mandar Kelam, Rangkong Sulawesi, Pergam Ketanjar, Buaya Muara, Lunjar, Buttini, Mujair, Betok, Sepat, Gabus

 

Aksesibilitas

Jarak dari Kota Makassar (Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan) ke TWA. Danau Matano adalah ± 620 km.

Ada 2 alternatif jalur untuk dapat mencapai kawasan ini, yaitu:

Jalur Darat

Melalui jalan poros atau jalan provinsi dengan kondisi yang relatif baik.

Waktu dibutuhkan jika melalui jalan darat adalah ± 12 jam.

Rute perjalanan mulai dari Makassar – Maros – Pangkep – Barru – Parepare – Sidrap – Palopo – Massamba – Malili – Wowondula - Timampu – TWA. Danau Mahalona.

Jalur Udara

Penerbangan 2x seminggu

Rute perjalanan mulai dari Bandara Sultan Hasanuddin – Bandara Sorowako – Wowondula - Timampu – TWA. Danau Mahalona.

Waktu dibutuhkan untuk ke sampai di kawasan jika melalui jalur udara adalah ± 3 jam.